Karena itu, ingatlah bahwa dahulu kamu – orang-orang bukan Yahudi menurut kelahiran dan yang disebut “orang tak bersunat” oleh mereka yang menamakan dirinya “orang bersunat” (sunat yang dilakukan di tubuh oleh tangan manusia) – ingatlah bahwa pada waktu itu kamu hidup tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel, dan asing terhadap perjanjian-perjanjian yang mengandung janji itu, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dunia. Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu jauh, sudah menjadi dekat oleh darah Kristus.
Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan merobohkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, dengan menghapus hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya. Maksud-Nya ialah menciptakan satu manusia baru di dalam diri-Nya dari keduanya, sehingga dengan demikian terciptalah damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya dalam satu tubuh dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan itu di dalam diri-Nya. Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang jauh dan damai sejahtera kepada mereka yang dekat. Sebab oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. (Efesus 2:11–18)
Kita tidak boleh beranggapan bahwa kebenaran-kebenaran dasar Kitab Suci selalu ada di pikiran para pendengar yang percaya. Seperti kita, mereka pun membutuhkan pengingat. Petrus sendiri harus menjalankan pelayanan pengingatan ini, sebagaimana ia ungkapkan dalam 2 Petrus dengan berbagai cara:
Saudara-saudaraku yang terkasih, ini sekarang adalah suratku yang kedua kepadamu. Keduanya kutulis untuk mengingatkan kamu dan membangkitkan cara berpikir yang sehat. Aku ingin kamu mengingat perkataan yang telah diucapkan dahulu oleh nabi-nabi kudus dan perintah Tuhan dan Juruselamat yang diberikan oleh rasul-rasulmu. (2 Petrus 3:1–2)
Tetapi yang satu ini jangan kamu lupakan, Saudara-saudaraku yang terkasih: Di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. (2 Petrus 3:8)
Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan untuk diselamatkan, seperti yang juga ditulis kepadamu oleh saudara kita yang terkasih, Paulus, menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Ia menulis tentang hal ini dalam semua suratnya. Di dalamnya ada hal-hal yang sukar dipahami, yang diselewengkan oleh orang-orang yang tidak tahu dan tidak teguh imannya – seperti juga yang mereka lakukan terhadap bagian-bagian lain dari Kitab Suci – hingga mendatangkan kebinasaan mereka sendiri. Karena itu, Saudara-saudaraku yang terkasih, karena kamu telah diperingatkan sebelumnya, berjaga-jagalah supaya kamu tidak terseret oleh kesesatan orang-orang yang tidak taat hukum dan kehilangan peganganmu yang teguh. (2 Petrus 3:15–17)
Fakta bahwa kita semua adalah orang berdosa yang telah diampuni adalah penyamarata besar dalam tubuh Kristus. Siapa kita di dalam Kristus melampaui perbedaan-perbedaan lain, betapapun nyatanya atau lamanya perbedaan itu ada:
Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman dalam Kristus Yesus. Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, sebab kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. Dan jika kamu milik Kristus, maka kamu adalah keturunan Abraham dan ahli waris sesuai dengan janji. (Galatia 3:26–29)
Benar bahwa kita yang mengajar memiliki otoritas sejauh kita mengajar dan hidup dengan setia (1 Tesalonika 4:2; 1 Timotius 4:12; Titus 2:15). Tetapi otoritas ini bukan alasan untuk berlaku sebagai penguasa atau menjadi kasar. Paulus, dalam pembelaannya atas kerasulannya, sangat ingin menekankan bahwa otoritas dan kerendahan hati yang lembut dapat berjalan bersama:
Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu. Tidakkah kamu menyadari bahwa Kristus Yesus ada di dalam kamu? Kecuali kalau kamu ternyata tidak tahan uji. Tetapi aku harap kamu akan menyadari bahwa kami tidak gagal dalam ujian itu. Kami berdoa kepada Allah supaya kamu tidak melakukan yang jahat – bukan supaya kelihatan bahwa kami tahan uji, tetapi supaya kamu berbuat yang baik meskipun kami kelihatan seperti gagal. Sebab kami tidak dapat berbuat apa-apa melawan kebenaran, hanya untuk kebenaran. Kami bersukacita bila kami lemah dan kamu kuat, dan kami juga berdoa supaya kamu menjadi sempurna. Itulah sebabnya aku menulis hal-hal ini selagi aku belum datang, supaya bila aku datang nanti aku tidak harus bertindak keras dalam menggunakan otoritas yang diberikan Tuhan kepadaku – yaitu otoritas untuk membangun, bukan untuk merobohkan. (2 Korintus 13:5–10)
Tuhan yang mulia, terima kasih karena telah menyertakan aku, seorang bukan Yahudi, dalam keluarga-Mu. Terima kasih karena aku kini satu dengan sesama orang percaya dari setiap suku, bahasa, bangsa, dan kaum. Amin.
