HARI 80: Kita Mengenal Para Pendengar Kita Melalui Doa

“Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah—yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan tidak membangkit-bangkit—maka hal itu akan diberikan kepadanya. Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.”
(Yakobus 1:5–8)

Kita Mengenal Para Pendengar Kita Melalui Doa

Allah mengundang kita untuk meminta hikmat kepada-Nya, dan kita bodoh jika menolak tawaran kasih karunia-Nya itu. Doa adalah dasar dari setiap aspek pemberitaan firman. Kita senantiasa memohon hikmat kepada Allah yang hidup ketika kita memilih kitab mana yang akan kita kupas, membagi kitab itu ke dalam bagian-bagian yang layak dikhotbahkan, menemukan inti pikiran dalam setiap bagian, dan merenungkan bagaimana setiap bagian menyapa para pendengar kita.

Untuk mengenali tuntutan yang diberikan oleh bagian Alkitab terhadap para pendengar kita, kita harus sebisa mungkin mengenal mereka. Kita bisa mengamati beberapa hal. Kita bisa mendengar laporan tentang beberapa hal. Kita bisa mempelajari budaya yang memengaruhi mereka, tetapi kita sama sekali tidak dapat mengetahui semuanya sebagaimana Allah mengetahuinya. Dia adalah Allah yang mengenal hati semua orang (Kisah Para Rasul 1:24). Karena itu, kita berdoa, “Tuhan, apa yang Engkau ingin katakan dari teks ini kepada orang-orang yang Engkau tahu akan hadir dalam ibadah hari itu?”

Ketika kita berdoa seperti ini, meskipun Allah tidak mengungkapkan rincian tentang siapa yang akan hadir, Dia dapat membimbing kita dalam membentuk khotbah yang benar-benar berbicara kepada para pendengar. Sebagian besar dari kita yang berdoa demikian sebelum berkhotbah pernah mengalami momen di mana pendengar bertanya, “Bagaimana Bapak tahu bahwa saya sedang menghadapi hal yang dibahas dalam khotbah ini?” Dalam kasus seperti itu, saya selalu mengakui bahwa saya tidak tahu, tetapi Tuhan tahu, dan sebagai jawaban atas doa, Dia menuntun saya melihat kebenaran dalam teks itu dan menyampaikannya atas nama-Nya.

Lebih dari itu, pendeta yang setia selalu terlibat dalam pertemuan doa bersama jemaatnya. Jika kita bisa menahan diri untuk tidak mendominasi pertemuan itu, kita akan belajar banyak tentang jemaat melalui doa-doa mereka. Dan mereka pun akan mendengar isi hati kita melalui doa-doa kita—sebagaimana Paulus secara sengaja mencatat isi doanya yang terus-menerus bagi teman-teman Kristennya yang dikasihinya dalam surat-suratnya.

Tentu saja, hal terpenting dari berdoa dalam kaitannya dengan berkhotbah bukanlah semata-mata karena doa membantu kita mengenal para pendengar, melainkan karena Allah sungguh-sungguh mendengar doa-doa kita dan menjawabnya. Dia melakukan jauh lebih banyak dari yang bisa kita minta atau pikirkan.

Tuhan yang penuh kasih, ingatkan aku untuk berbicara kepada-Mu tentang para pendengarku dan mendoakan mereka sebelum aku berbicara kepada mereka tentang Engkau dan mewakili Engkau. Amin.

Related Posts