“Aku akan sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu.”
(Mazmur 138:2)
Kita Tunduk kepada Firman Allah
Mazmur 81 memanggil Israel untuk menyembah Allah yang telah membebaskan umat-Nya dari perbudakan di Mesir. Berdasarkan rekam jejak penyelamatan yang luar biasa itu, Asaf mengundang umat sezamannya untuk percaya kepada Allah dan membuka mulut lebar-lebar agar dipenuhi dengan pemberian-Nya yang melimpah. Tetapi seperti Allah memiliki rekam jejak bersama mereka, demikian juga mereka memiliki catatan di hadapan-Nya. Catatan Allah adalah penyelamatan yang limpah; sedangkan catatan umat adalah kegagalan untuk mendengar dan taat, yaitu kegagalan untuk tunduk kepada-Nya dan mengikuti-Nya. (Perhatikan paralelisme puitis yang tercetak miring di bawah ini.)
Bersorak-sorailah bagi Allah, kekuatan kita;
bergembiralah bagi Allah Yakub!
Bunyikanlah musik, tabuhlah rebana,
petiklah kecapi yang merdu dan kecapi yang indah!
Tiuplah sangkakala pada bulan baru,
dan pada bulan purnama, pada hari raya kita;
sebab itulah ketetapan bagi Israel,
suatu peraturan dari Allah Yakub.
Ketika Allah maju melawan Mesir,
hal itu Ia tetapkan sebagai peringatan bagi Yusuf.
Aku mendengar suara yang tidak kukenal berkata:
“Aku telah mengangkat beban dari bahu mereka;
tangan mereka bebas dari keranjang beban.
Dalam kesesakanmu engkau berseru, dan Aku menyelamatkanmu;
Aku menjawabmu dari awan yang menggelegar;
Aku mengujimu di air Meriba.
Dengarlah, umat-Ku, dan Aku akan memperingatkan engkau—
sekiranya engkau mau mendengarkan Aku, hai Israel!
Jangan ada allah asing di antaramu;
janganlah engkau menyembah allah lain.
Akulah TUHAN, Allahmu,
yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir.
Bukalah mulutmu lebar-lebar, maka Aku akan mengisinya.”
“Tetapi umat-Ku tidak mendengarkan Aku;
Israel tidak mau tunduk kepada-Ku.
Sebab itu Aku membiarkan mereka mengikuti hati mereka yang keras,
untuk berjalan menurut rencana mereka sendiri.”
“Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku,
sekiranya Israel mau berjalan di jalan-Ku,
secepat itu juga Aku akan menundukkan musuh mereka,
dan memalingkan tangan-Ku terhadap para lawan mereka.
Orang-orang yang membenci TUHAN akan tunduk kepada-Nya,
dan hukuman mereka akan berlangsung selamanya.
Tetapi umat-Ku akan Kuberi makan dengan gandum terbaik,
dan dengan madu dari gunung batu Aku akan memuaskan mereka.”
(Mazmur 81, parafrase dan kutipan)
Janji yang positif, penuh kasih karunia, dan sabar tentang pembelaan serta pemuasan di ayat-ayat terakhir masih berlaku hingga kini. Ketika kita mendengarkan firman Allah dan melakukan apa yang Dia perintahkan, kita menunjukkan bahwa kita tunduk kepada-Nya.
Menundukkan diri kepada firman Allah berarti mendengarkannya dan mentaatinya. Bukannya mencoba untuk menghindari otoritas firman itu, atau melawan tuntutannya atas kesetiaan dan ketaatan kita, kita memilih untuk berserah—bukan karena frustrasi atau terpaksa, melainkan seperti pemberontak yang telah dikalahkan dan dengan sukacita meletakkan senjatanya di hadapan kuasa Sang Pembebas. Kita tunduk dengan keyakinan bahwa menjadi murid Yesus berarti melepaskan diri dari tirani tuan lama kita, yaitu dosa, dan menerima kuk Sang Juruselamat yang ringan. Selama kita terus melawan Kitab Suci, kita akan kehilangan banyak manfaatnya. Tunduk kepada firman itu ibarat menerima penyesuaian tulang dari ahli tulang (chiropractor)—jika semua otot tegang dan menolak, rasa sakit akan terus bertahan. Tetapi jika kita rileks dan berserah, firman Allah seperti ahli tulang yang mahir akan mengembalikan kita pada posisi semula sebagaimana kita diciptakan.
Penundukan terhadap firman Allah harus begitu total dan menyeluruh sehingga bisa digambarkan sebagai membiarkan firman Kristus diam dengan limpah dalam diri kita (Kolose 3:16), mencerminkan apa yang dikatakan Tuhan Yesus tentang firman yang tinggal di dalam kita dalam Yohanes 15:7. Nasihat yang saling diberikan dalam gereja akan menjadi luapan dari firman yang tinggal dengan kaya dalam seluruh aspek hidup kita.
Tuhan Yesus, terima kasih untuk kuk-Mu yang ringan. Berilah aku anugerah untuk menundukkan leherku di bawah kuk itu dan memakainya dengan sukacita, agar bebanku menjadi ringan. Amin.