“Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.”
(Yohanes 17:17)
“Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Mereka hanyalah pelayan-pelayan, yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing sesuai dengan tugas yang diberikan Tuhan kepadanya. Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang menanam dan yang menyiram tidak berarti apa-apa; yang penting ialah Allah yang memberi pertumbuhan. Yang menanam dan yang menyiram adalah sama, dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan jerih payahnya.”
(1 Korintus 3:5–8)
Biarkan Firman Allah Bekerja dalam Orang Percaya
Pengalaman jemaat Tesalonika menunjukkan suatu kebenaran yang dijelaskan secara gamblang oleh Paulus:
“Karena ketika kamu menerima firman Allah yang kamu dengar dari kami, kamu menerimanya bukan sebagai perkataan manusia, melainkan – sebagaimana adanya – sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya.”
(1 Tesalonika 2:13)
Kebenarannya adalah bahwa firman Allah bekerja dalam mereka yang percaya, karena firman itu hidup dan aktif (Ibrani 4:12). Fakta ini sungguh membebaskan bagi seorang pengkhotbah. Dalam pelayanan khotbah, dan juga dalam banyak aspek kehidupan gereja, ada godaan untuk “membuat sesuatu terjadi.” Kita sering menyusun program dengan tujuan tersebut.
Bila tujuan kita adalah menempatkan orang dalam posisi untuk mendengar firman dan bertumbuh dalam iman serta ketaatan, maka kita melakukan hal yang benar. Tetapi bila tujuan kita lebih rendah dari itu – atau bahkan berbeda – bisa jadi kita membebani hidup jemaat dan menyia-nyiakan tenaga. Sebab Allah sendirilah yang bekerja melalui firman-Nya di dalam orang-orang yang percaya kepada-Nya. Tugas kita adalah merespons dengan iman melalui ketaatan yang penuh sukacita, dan mengharapkan bahwa pengetahuan, iman, dan ketaatan akan terus bertambah.
Ketika kita berkhotbah dalam iman bahwa hal ini benar, tekanan untuk melihat hasil instan bisa diringankan. Kita tidak menantikan hasil secepat orang yang menanam wortel dan berharap langsung bisa memanennya di hari yang sama. Yang kita cari adalah buah yang bertahan, yang menjadi bukti sejati bahwa benih telah ditanam dan sedang bekerja dalam mereka yang percaya dan terus percaya.
Pengkhotbah yang tenang adalah pengkhotbah yang berdoa dan memberitakan Kitab Suci, dan dengan demikian menyampaikan pengharapan bahwa Allah akan menyelesaikan apa yang telah Dia mulai (Filipi 1:6).
Tuhan yang penuh kasih, berikanlah aku iman untuk percaya bahwa jika aku setia memberitakan firman-Mu, firman itu akan bekerja dalam hati orang-orang yang percaya. Seperti benih yang mengandung kehidupan di dalamnya, ajarlah aku untuk puas dengan tugas menanam dan menyiram, dan mempercayakan kepada-Mu untuk memberi pertumbuhan. Amin.