“Berdoalah juga untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami, agar kami dapat memberitakan rahasia Kristus, yang karena-Nya aku dipenjarakan. Berdoalah supaya aku menyatakannya dengan jelas, sebagaimana seharusnya.”
(Kolose 4:3–4)
Kejelasan
Kita melayani para pendengar ketika kita bekerja keras untuk membuat pesan kita jelas.
Pada masa lalu, di beberapa gereja, para pengkhotbah sering menyusun khotbah mereka dengan pembagian dan sub-pembagian yang sangat rinci, serta membuat banyak komentar sampingan yang halus.
Mereka sering mengutip otoritas seperti bapa-bapa gereja.
Pesan-pesan seperti ini kemungkinan tidak jelas bahkan bagi pendengar yang paling termotivasi sekalipun.
Namun, kejelasan adalah kebutuhan yang tidak bisa ditawar, seperti yang ditunjukkan dalam permintaan Paulus:
“Berdoalah supaya aku menyatakannya dengan jelas, sebagaimana seharusnya.”
(Kolose 4:4, penekanan ditambahkan)
Standar Paulus yang tak tergoyahkan adalah bahwa tidak boleh ada yang kurang dari kejelasan:
“Sebab kami tidak menulis kepada kamu sesuatu yang tidak dapat kamu baca atau pahami.”
(2 Korintus 1:13a)
Bagaimana kita mencapai kejelasan dalam khotbah kita?
Jawabannya sebenarnya tidak rumit.
- Gunakan kata-kata sederhana yang terbaik untuk menyampaikan maksud kita.
- Susun kalimat-kalimat pendek dengan sesedikit mungkin anak kalimat.
- Rangkailah kalimat-kalimat itu dalam paragraf yang mengembangkan satu gagasan tunggal.
- Gunakan pengulangan dan parafrase secukupnya agar orang tetap mengikuti alur pemikiran kita.
(Komunikasi lisan membutuhkan ini jauh lebih banyak daripada tulisan.)
Kita juga harus mengilustrasikan setiap poin, agar baik mereka yang berpikir dalam gambar maupun yang berpikir dalam konsep sama-sama dilayani.
Menulis naskah khotbah secara utuh membantu kita mengedit demi kejelasan.
Namun, kejelasan juga tercapai dengan mengorganisir seluruh khotbah secara rapi dan mudah diikuti.
Karena kita ingin khotbah kita bersifat alkitabiah, kita harus:
- Menemukan gagasan utama dari teks yang kita uraikan.
- Menanyakan: Apa hubungan kebenaran, wawasan, atau klaim ini dengan pendengar saya?
Jawaban atas pertanyaan itu harus dapat diungkapkan dalam satu kalimat sederhana.
Lalu, setiap bagian utama khotbah harus mengembangkan kalimat kunci itu dengan cara yang jelas dan nyata.
Kita paling melayani para pendengar kita ketika khotbah kita jelas.
Bapa, terima kasih karena Engkau telah menyatakan firman-Mu dengan jelas. Kiranya setiap pesan yang aku khotbahkan mencerminkan kejelasan itu, supaya tidak satu pun dari perkataanku jatuh ke tanah tanpa makna. Amin.
