Theological Presuppositions : PREPOSISI TEOLOGIS
Akhirnya, akan sangat membantu jika kita mengingat bahwa khotbah adalah tentang Allah. Ia adalah tokoh sentral dalam setiap bagian Alkitab. Bagaimanakah teks Alkitab ini berbicara tentang Allah? Praanggapan-praanggapan apakah yang kita miliki tentang siapakah Allah dalam perikop ini? Praanggapan teologis kita sering kali membentuk cara kita menyampaikan khotbah. Kita ingin mempertimbangkan pandangan-pandangan positif dan negatif tentang Allah dalam teks dan mengakui beberapa pandangan ini dalam pesan itu sendiri. Para pendengar kita akan memiliki praanggapan teologis mereka sendiri. Apa sajakah itu? Di suatu tempat dalam khotbah, kita dapat secara terbuka mengkomunikasikan pemikiran kita dan pemikiran mereka tentang Allah. Mungkin, seperti Yunus, kita telah berpikir bahwa Allah adalah seorang tiran yang memaksa kita untuk melakukan hal-hal yang sulit atau yang tampaknya mustahil; mungkin kita memandang Allah terlalu berbelas kasihan sampai-sampai mengabaikan dosa-dosa yang keji. Kita bahkan mungkin berpikir bahwa Allah itu kasar, plin-plan, plin-plan, terlalu keras atau terlalu longgar, atau sifat-sifat lainnya, tergantung pada konteks budaya kita.
Penafsiran yang setia adalah kunci pertama dari khotbah yang efektif. Kita ingin mendapatkan makna teks dengan benar. Sama seperti koordinat sekecil apa pun akan mengarahkan sebuah kapal atau pesawat keluar dari jalurnya, kesalahpahaman atau kesalahan dalam menafsirkan Alkitab akan menyesatkan para pendengar kita ke pulau yang salah atau bahkan benua yang salah, secara rohani. Tidak hanya penafsiran yang setia yang sangat penting, kami juga ingin menafsirkan konteks budaya pendengar kami.
