Hari 85: Kita Mengenal Para Pendengar dengan Mengenal Sejarah Hidup Mereka

Saudara-saudara, ingatlah keadaan kamu ketika kamu dipanggil. Tidak banyak di antara kamu yang bijak menurut ukuran manusia; tidak banyak yang berpengaruh; tidak banyak yang berasal dari keturunan bangsawan. Tetapi Allah memilih yang bodoh dari dunia untuk mempermalukan orang-orang yang berhikmat; Allah memilih yang lemah dari dunia untuk mempermalukan yang kuat. Allah memilih yang rendah asalnya, yang hina, bahkan yang tidak berarti menurut dunia, untuk meniadakan yang berarti, supaya tidak ada seorang pun yang dapat memegahkan diri di hadapan Allah.
(1 Korintus 1:26–29)

Kita Mengenal Para Pendengar dengan Mengenal Sejarah Hidup Mereka

Atau tidak tahukah kamu bahwa orang-orang yang tidak benar tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Jangan sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang serakah, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Dan beberapa orang di antara kamu dahulu demikian. Tetapi kamu telah dibasuh, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.
(1 Korintus 6:9–11)

Rasul Paulus memiliki pengetahuan langsung tentang jemaat di Korintus, juga laporan tentang keadaan mereka saat ini. Ia cukup bijaksana untuk mempertimbangkan bukan hanya posisi mereka sekarang, tetapi juga dari mana mereka berasal—baik secara pribadi maupun sebagai jemaat secara kolektif. Pengetahuan semacam ini sangat penting bagi seorang pengkhotbah.

Di satu sisi, hal ini menolong kita untuk menjadi lebih penuh belas kasihan kepada mereka yang benar-benar memulai dari titik yang jauh tertinggal. Orang-orang yang harus mengatasi banyak beban—seperti keterbatasan belajar, rasa sakit kronis, atau latar belakang keluarga yang rusak—tidak bisa diharapkan merespons firman dengan cara yang sama seperti mereka yang tidak menghadapi beban tersebut.

Namun di sisi lain, seperti Paulus, kita juga tidak boleh segan untuk menuntut pertanggungjawaban terhadap tuntutan firman. Ketika kita tahu dari mana mereka berasal, kita bisa mendorong mereka kepada ketaatan iman berdasarkan apa yang sudah Allah lakukan di dalam dan bagi mereka melalui Kristus. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa seluruh kisah Perjanjian Lama setelah peristiwa Eksodus didasarkan pada peristiwa tersebut dalam sejarah Israel, dan itu menjadi landasan bagi para nabi untuk menyerukan pertobatan.

Seorang pengkhotbah tidak akan pernah menyesal menghabiskan waktu bersama jemaat untuk belajar sebanyak mungkin tentang kisah hidup mereka.Terima kasih, Bapa, karena Engkau telah menebusku. Terima kasih karena Engkau tetap setia ketika aku tergoda untuk berpaling walau sudah memegang bajak. Terima kasih atas karya anugerah-Mu dalam kehidupan orang-orang yang kepadanya aku berkhotbah. Buatlah aku rela belajar tentang kasih karunia-Mu dalam hidup mereka, agar aku bisa memperlengkapi mereka dengan lebih baik untuk terus berjalan bersama-Mu. Amin

Related Posts