“Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: ‘Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.’”
(Yohanes 1:45)
Alkitab Adalah Kesaksian Allah tentang Kristus
Yesus mengajar para murid-Nya bahwa seluruh bagian Kitab Suci menunjuk kepada diri-Nya. Ia mengaitkan kebenaran dasar tentang Alkitab ini dengan pemberitaan mereka:
“Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam Kitab Taurat Musa dan Kitab Nabi-nabi dan Kitab Mazmur.”
Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini. Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.”
(Lukas 24:44–49)
“Seminar” Yesus setelah kebangkitan-Nya bukanlah pembukaan materi baru; Ia telah sering menyatakan bahwa semua hal tentang-Nya dalam Kitab Suci harus digenapi. Namun seperti semua pengajaran Alkitabiah, hal ini hanya bisa dipahami oleh mereka yang pikirannya dibukakan secara supranatural.
Ini penting, karena berkhotbah berarti memberi kesaksian dari Kitab Suci tentang kematian dan kebangkitan Kristus, serta menawarkan pengampunan dalam nama Yesus. Kita berbicara atas nama-Nya, dan tawaran pengampunan itu bersyarat pada pertobatan, yang juga dikaruniakan oleh Allah sendiri (lih. Kisah Para Rasul 5:31; 2 Timotius 2:25).
Pesan ini bersifat universal, dan karena itu harus disampaikan sampai ke ujung bumi. Namun, hal itu tidak boleh dilakukan tanpa kuasa Roh Kudus, yang mula-mula dicurahkan di Yerusalem sesuai dengan janji Allah.
Roh Kudus telah datang seperti yang dinubuatkan, dan sejak saat itu firman telah bersaksi tentang Yesus, setiap kali dan di mana pun Dia diberitakan dalam kuasa Roh Kudus.
Ketika kita berkhotbah, kita menyampaikan kesaksian Alkitab yang berlapis tentang tindakan penyelamatan yang menjadi inti Injil. Kita menceritakan kesaksian antisipatif Allah dari Kitab Suci Ibrani (Perjanjian Lama), dan menegaskan kembali kesaksian para rasul tentang penggenapannya dalam Perjanjian Baru.
Tugas kita sebagai pengkhotbah adalah menempatkan Perjanjian Lama dan Baru di kursi saksi, dan membiarkan keduanya berbicara tentang Kristus.
Alkitab memang membicarakan banyak hal yang penting dan benar, tetapi kita tidak boleh membiarkan hal-hal itu menutupi pesan sentralnya, yaitu kabar baik Injil. Kita juga tidak boleh membiarkan hal-hal tersebut menggeser tawaran utamanya: pertobatan dan pengampunan. Meskipun tidak semua bagian Alkitab menunjuk kepada Yesus dengan cara yang sama, semuanya, dalam satu dan lain cara, memberikan kesaksian tentang Kristus.
Kita diingatkan akan hal ini ketika Yohanes mencatat bahwa Yohanes Pembaptis bersaksi tentang Yesus, begitu juga dengan pekerjaan-pekerjaan Yesus sendiri, namun Bapa juga memberikan kesaksian:
“Dan Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat, dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya. Kamu menyelidiki Kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehnya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.”
(Yohanes 5:37–40)
Dalam berkhotbah, kita membiarkan Bapa sendiri menyatakan pendapat-Nya tentang Anak-Nya. Kita tidak perlu menebak-nebak apa yang Allah pikirkan; namun kita memang harus mencari tahu dan mengenalinya, supaya kita dapat memberitakannya.
Khotbah yang terlalu fokus pada kebutuhan langsung jemaat bisa dengan mudah mengabaikan apa yang ingin Allah katakan, demi menyampaikan apa yang kita ingin katakan.
Doa:
Tuhan Yesus, berikan aku mata untuk melihat dalam setiap bagian Kitab Suci bagaimana para penulis yang diilhami menunjuk kepada-Mu. Tolong aku agar tidak memaksakan kehadiran-Mu dalam teks-teks yang hanya dimaksudkan untuk menyatakan dosaku, tetapi juga jangan sampai aku melewatkan maksud dari teks-teks yang mempersiapkan jalan bagi-Mu. Amin.