“Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami sendiri.”
(2 Korintus 4:7)
Alkitab Adalah Gudang Harta
Setelah menyampaikan dan menjelaskan beberapa perumpamaan tentang Kerajaan Allah (sebagaimana dicatat dalam Matius 13:1–50), Yesus mengajukan sebuah pertanyaan dan memberikan pernyataan umum yang sangat mengajar dalam ayat 51 dan 52:
“Mengertikah kamu semuanya itu?” tanya Yesus.
“Ya,” jawab mereka.
Maka berkatalah Ia kepada mereka: “Karena itu setiap ahli Taurat yang telah menjadi murid dalam Kerajaan Sorga itu seumpama tuan rumah, yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya.”
Pemahaman membawa tanggung jawab. Ketika kita menjadi “ahli Taurat,” secara harfiah: penulis atau pengajar hukum yang telah menjadi murid dalam Kerajaan Sorga, kita harus melihat diri kita bukan hanya sebagai pengelola (steward), tetapi juga sebagai tuan rumah (pemilik rumah) yang menarik keluar harta dari gudangnya, baik yang baru maupun yang lama.
Kita tentu tidak perlu menafsirkan terlalu jauh perbedaan antara pengelola dan pemilik, tetapi dalam konteks ini dan setelah para murid menyatakan bahwa mereka mengerti, tampaknya maknanya adalah: ketika kita memahami kebenaran dari Kitab Suci, maka kebenaran itu menjadi milik kita, dalam arti: siap untuk kita keluarkan dari “gudang” demi kebaikan orang lain.
Ada harta yang baru saja kita kumpulkan, dan ada pula yang sudah lama kita simpan; keduanya penting untuk dikeluarkan dan dibagikan.
Pertanyaan penting bagi kita para pengkhotbah adalah:
“Apakah saya sedang membiarkan diri saya didisiplinkan dalam Kerajaan Allah?”
dan
“Apakah Alkitab membentuk cara pikir saya sehingga beberapa kebenaran melekat dan siap dibagikan kepada orang lain?”
Allah sendiri adalah sumber yang kaya akan keselamatan, hikmat, dan pengetahuan. Takut akan Tuhan adalah kunci menuju harta tersebut, seperti yang diingatkan oleh Yesaya 33:6. Namun, hikmat dan pengetahuan Allah juga telah dituliskan demi kebaikan kita (1 Kor 10:11).
Setelah kita menghargai harta itu sebagai milik kita sendiri, kita tidak perlu takut akan kehilangan harta tersebut ketika kita membagikannya. Bahkan, salah satu cara terbaik untuk memperkokoh pemahaman kita adalah dengan mencoba mengajarkannya kepada orang lain. Jika kita mendekati studi Alkitab seperti penambang berlian atau pencari emas—penuh semangat dan lapar akan harta firman—kita tidak akan pernah kehabisan kekayaan untuk dibagikan.
Mengajar Alkitab bukan hanya soal menyebarkan permata, apalagi hanya “melemparkan mutiara.” Ini adalah hak istimewa sekaligus tanggung jawab dari orang yang telah diajar.
Doa:
Bapa, berikanlah aku kunci ke dalam gudang harta hari ini. Tolong aku untuk hidup dalam takut akan Engkau dan memperlakukan firman-Mu yang kudus dengan hormat yang pantas. Ajarlah aku untuk tunduk kepada pengajaran-Mu, karena aku menundukkan diri kepada Engkau. Amin.