“Dialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.”
(Efesus 4:11–13)
Firman Allah Memperlengkapi Orang Percaya
Firman Allah memperlengkapi orang Kristen secara menyeluruh untuk setiap perbuatan baik (2 Timotius 3:16–17). Penulis Ibrani memberi kita contoh pengajaran dasar firman yang seharusnya menjadi landasan, dan juga petunjuk bagaimana kita mengetahui bahwa para pendengar kita siap untuk membangun di atas landasan tersebut:
“Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan karena kamu lamban dalam mendengarkan. Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu diajari asas-asas pokok dari firman Allah; kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras!
Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, karena ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih oleh kebiasaan, dapat membedakan yang baik dari yang jahat.”
“Sebab itu, marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh, janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia dan iman kepada Allah, ajaran tentang berbagai pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang mati dan hukuman kekal.”
(Ibrani 5:11–6:2)
Ajaran dasar tentang Kristus dan kebenaran mencakup hal-hal seperti pertobatan, iman, ritual penyucian (pembaptisan?), penumpangan tangan (penugasan pelayanan?), kebangkitan (Kristus dan kita?), dan penghakiman kekal. Ketika ajaran-ajaran ini telah dicerna secara konsisten dan ada bukti bahwa para pendengar memiliki kemampuan membedakan secara etis, maka mereka siap bertumbuh menuju kedewasaan—bukan lagi hidup dari “susu rohani,” tetapi dari makanan keras.
Seperti yang telah kita lihat sebelumnya, Alkitab diberikan kepada kita untuk dipercaya dan ditaati. Jika kita gagal menaati firman, maka kita juga tidak akan sanggup mendengar dan memahami lebih dalam. Oleh karena itu, setiap kali kita menguraikan Kitab Suci, tujuan kita seharusnya bukan hanya agar orang memahami, tetapi agar mereka menaati dalam iman. Ketaatan ini akan membuka jalan bagi pemahaman lebih dalam, yang akan menumbuhkan iman dan melahirkan ketaatan lebih lanjut yang memuliakan Allah.
Hubungan kita sendiri dengan Alkitab bergantung pada dinamika ini, begitu pula hubungan para pendengar kita. Jadi, jangan melewatkan hal-hal dasar, tetapi bangunlah di atasnya. Biarlah firman Tuhan meneguhkan para pendengar kita sebagai murid Yesus yang memiliki kepekaan rohani dan kedewasaan.
Terima kasih, Tuhan, untuk orang-orang yang Kau utus mendampingi dan memperlengkapi aku dalam pelayanan—terutama mereka yang bersedia bekerja ekstra untuk memampukanku memperlengkapi orang lain. Terima kasih karena kini aku memiliki kesempatan untuk melakukan hal yang sama bagi sesamaku. Amin.