“Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya,
janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba,
seperti pada hari di Masa di padang gurun,
ketika nenek moyangmu mencobai Aku,
menguji Aku, sekalipun mereka telah melihat apa yang Aku lakukan.
Empat puluh tahun Aku murka kepada angkatan itu, dan Aku berkata,
‘Mereka suatu bangsa yang sesat hatinya, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku.’
Sebab itu Aku bersumpah dalam murka-Ku,
‘Mereka tidak akan masuk ke tempat perhentian-Ku.’”
(Mazmur 95:7b–11)
Kita Mendengarkan dan Taat
Berkali-kali, Alkitab berbicara bahwa mendengarkan suara Tuhan tak dapat dipisahkan dari ketaatan kepada-Nya. Kita yang berkhotbah harus memperhatikan hal ini secara khusus. Kita menginginkan lebih dari sekadar pendengaran fisik dari mereka yang mendengarkan firman Allah melalui bibir kita. Kita menginginkan pendengaran yang membebaskan, memberkati, dan menaati — yang membawa pada tindakan sesuai kehendak Allah. Karena itu, kita perlu berdoa agar para pendengar kita menerima firman dengan rendah hati saat firman itu ditanamkan di dalam mereka. Bacalah perkataan Yakobus berikut:
“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama orang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya — jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya — ia akan berbahagia oleh perbuatannya.”
(Yakobus 1:22–25)
Keterkaitan antara mendengar dan bertindak juga jelas dalam doa terkenal Salomo saat pentahbisan Bait Allah (1 Raja-raja 8:23–42), meskipun dalam konteks ini, Allah-lah yang dimohonkan untuk mendengar dan bertindak. Renungkan bagian dari doa tersebut:
“Dengarkanlah permohonan hamba-Mu ini dan umat-Mu Israel, apabila mereka berdoa menghadap ke tempat ini; dengarkanlah kiranya dari tempat kediaman-Mu di sorga dan apabila Engkau mendengarkannya, ampunilah…
Apabila langit tertutup dan tidak ada hujan, sebab mereka telah berdosa kepada-Mu, lalu mereka berdoa menghadap ke tempat ini dan memuji nama-Mu dan berbalik dari dosanya oleh karena Engkau menghajar mereka, maka dengarlah kiranya dari sorga dan ampunilah dosa hamba-hamba-Mu itu dan umat-Mu Israel, dan ajarkanlah kepada mereka jalan yang baik yang harus mereka tempuh, serta berikanlah hujan kepada tanah-Mu yang Kau berikan kepada umat-Mu menjadi miliknya…
Apabila ada kelaparan di negeri ini, atau penyakit sampar, penyakit gandum atau jelaga, belalang atau belalang pindahan; apabila ada musuh mengepung mereka di salah satu pintu gerbang mereka atau ada tulah atau penyakit apapun juga, dan apabila seorang atau seluruh umat-Mu Israel berdoa dan memanjatkan permohonan, masing-masing dengan menyadari tulah di hatinya dan menadahkan tangannya ke arah rumah ini, maka dengarlah kiranya di sorga, tempat kediaman-Mu, dan ampunilah serta bertindaklah, dan balaslah kepada setiap orang menurut segala jalannya, sebab Engkau mengenal hatinya — karena Engkau sajalah yang mengenal hati semua anak manusia — supaya mereka takut akan Engkau selama mereka hidup di tanah yang telah Kauterahkan kepada nenek moyang kami.”
(1 Raja-raja 8:30, 35–40)
Permohonan agar Tuhan “mendengar” berarti memohon agar Ia “bertindak”. (Lihat juga Keluaran 22:23–24; Mazmur 17:1, 6; 27:7; 28:2; 30:10; 54:2; 140:6.) Ayat-ayat lain menunjukkan bahwa bagi kita juga, mendengar berarti menanggapi:
“Tetapi jika engkau sungguh-sungguh mendengarkan suara-Nya dan melakukan segala yang Kufirmankan, maka Aku akan menjadi musuh musuhmu dan lawan lawanmu.”
(Keluaran 23:22)
“Tetapi jika kamu tidak mendengarkan Daku dan tidak melakukan segala perintah-Ku ini…”
(Imamat 26:14)
Mendengar suara Allah dan mengakuinya sebagai suara-Nya akan membawa pada ketaatan kepada-Nya. Ketika Yesus menyampaikan firman yang diberikan oleh Bapa, Ia menghendaki pendengaran yang berbuah dan taat (Markus 4:9). Ketika Yohanes berbicara dalam nama Yesus dari Patmos, ia menggemakan suara Yesus: “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.” (Wahyu 2:7a; lihat juga 2:11, 17, 29; 3:6, 13, 22). Tentu saja, tidak semua orang memiliki telinga untuk mendengar. Tetapi kita yang berkhotbah harus memiliki telinga seperti itu, dan kita harus taat dengan sepenuh hati dan segera terhadap firman Tuhan.
Saya berharap bahwa bagian penting dari rutinitas harianmu adalah membuka Alkitab dan mengundang Allah yang hidup untuk berbicara melalui firman-Nya. Biarkan Dia menunjukkan siapa Dia, jalan-jalan-Nya, dosa dan berhala dalam hidupmu, serta kehendak-Nya bagi dirimu, bagi gereja, dan bagi dunia. Kadang apa yang kamu baca akan membangkitkan pujian. Di waktu lain mungkin kamu akan terdorong untuk mengakui dosa. Atau kamu akan terdorong untuk menggali lebih dalam tentang apa yang Tuhan ingin katakan melalui tema tertentu. Sering kali, saat teks menggambarkan kehendak Allah, kamu hanya tinggal mengambil langkah-langkah ketaatan.
Tuhan, lindungilah aku dari hati yang keras dan memberontak terhadap-Mu dan firman-Mu. Jadikan aku pribadi yang rindu mendengar suara-Mu dan cepat dalam menaati, demi kemuliaan Nama-Mu. Amin.