BERKHOTBAH SEBAGAI PEMURIDAN YANG MENGARAH KEPADA KESERUPAAN DENGAN KRISTUS
Ketika kita memuridkan orang lain melalui khotbah kita, Firman Tuhan menuntun orang-orang percaya kepada keserupaan dengan Kristus. Paulus menulis kepada jemaat di Kolose, “Dialah [Yesus Kristus] yang kami beritakan dan yang kami nasihati dan yang kami ajarkan dalam segala hikmat untuk menuntun setiap orang kepada kedewasaan yang sempurna dalam Kristus” (Kol. 1:28). Dalam khotbah dan pengajaran kami, tujuan kami adalah untuk “membawa setiap orang menjadi dewasa [sempurna] di dalam Kristus.” Itu berarti dari minggu ke minggu, dari musim ke musim, dari tahun ke tahun, para pendengar kita harus semakin serupa dengan Kristus dalam setiap bidang kehidupan mereka. Peran kita sebagai pengkhotbah adalah membimbing mereka dalam proses pengudusan ini.
Dalam masyarakat pasca-Kristen, kita berada dalam peperangan yang terus menerus melawan ketidaksesuaian dengan gambar Kristus. Bukanlah sifat alamiah manusia untuk menginginkan keserupaan dengan Kristus. Sebaliknya, kita kembali kepada kasih karunia Kristus dan meminta keringanan dan bahkan pengesahan atas impian dan keinginan kita.
Ada sebuah cerita bahwa Presiden Abraham Lincoln pernah menghadiri sebuah acara sarapan doa ketika ia didorong oleh seorang pendeta untuk berdoa agar Tuhan ada di pihak kita. Presiden Lincoln memberikan nuansa doa yang berbeda, dengan menjawab bahwa kita harus berdoa agar kita berada di pihak Tuhan. Sama seperti Yesus berkata kepada Bapa-Nya, “Bukan kehendak-Ku, tetapi kehendak-Mulah yang terjadi,” demikian juga orang Kristen berusaha untuk hidup dalam kehendak Allah dan bukan kehendak kita.
Dengan ketergantungan yang berlebihan pada kasih karunia Allah yang tidak otentik, banyak khotbah saat ini gagal untuk membawa pendengarnya menuju keserupaan dengan Kristus. Kita telah menjadi generasi pengkhotbah yang menyenangkan hati manusia yang menoleransi dosa, baik secara diam-diam atau, yang lebih buruk lagi, secara vokal. Orang-orang Kristen saat ini sering kali mengajukan pertanyaan yang salah kepada para pengkhotbah. Alih-alih bertanya kepada Tuhan tentang bagaimana menjadi lebih serupa dengan Kristus, kita justru bertanya berapa banyak dosa yang bersedia Dia ampuni setelah kejadian itu. Sebaliknya, khotbah yang setia dapat mengungkapkan kegagalan kita, menunjukkan kepada kita kasih karunia Allah yang terdapat di dalam Kristus, dan mendorong pemuridan yang sejati.