Hari 6

“Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, yang dari-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya. Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.”
(Efesus 3:14–19)


Panggilan untuk memberitakan firman bukanlah tugas ringan. Paulus tahu ini, karena ia sungguh-sungguh memahami kuasa Kristus—bukan hanya dalam penciptaan dan penebusan, tetapi juga dalam pekerjaan-Nya di dalam para pemberita Injil dan para pendengarnya.

Dalam Kolose 1:24–2:5, Paulus menyatakan teologi pelayanannya:

“Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan bahwa dalam dagingku aku melengkapi apa yang kurang pada penderitaan Kristus untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat. Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepadamu, yaitu rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya.”

“Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan! Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Itulah yang kuusahakan dan untuk itu aku berjerih payah menurut kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.”


Pelayanan Paulus bersifat salib (cruciform): penuh pengorbanan, namun dijalani dengan sukacita karena ia percaya bahwa kuasa Kristus bekerja di dalam dan melalui dirinya. Paulus tidak sekadar menyampaikan berita, ia menjadi saksi hidup dari kuasa berita itu. Kristus yang ia khotbahkan juga adalah Kristus yang menguatkannya.

Begitu juga dengan kita:

  • Kita bekerja keras, tapi bukan karena kita mengandalkan usaha kita sendiri.
  • Kita menyusun naskah, mencari ilustrasi, menajamkan struktur, tetapi bukan di situ letak kuasanya.
  • Kuasa sejati ada pada Kristus yang tinggal di dalam kita dan bekerja melalui firman yang kita sampaikan.

Tantangan besar bagi para pengkhotbah adalah ketika kita mulai percaya bahwa dampak khotbah terletak pada keahlian kita. Tapi Paulus mengajarkan sebaliknya: pekerjaan kita hanyalah wadah bagi kuasa Allah. Kita boleh dan harus mengerjakannya dengan excellence—tetapi kita tidak menaruh kepercayaan kita di dalam wadah itu.

Seperti kata John Stott:

“Jika Allah cukup peduli untuk mengilhamkan setiap kata dalam Kitab Suci, maka kita pun harus bekerja keras pada setiap kata dalam khotbah kita.”
Namun Stott tidak berkata bahwa keberhasilan khotbah terletak pada kerja keras itu—melainkan pada kuasa Kristus yang bekerja di dalam kita.


Maka hari ini, jangan puas dengan tugas yang lebih rendah, dari Injil yang lebih kecil, tentang Yesus yang dikerdilkan. Injil ini gloriously rich. Injil ini memberitakan Kristus yang hidup, bekerja, dan berkarya dalam kita—saat kita berkhotbah, dan saat jemaat mendengarkan.


Doa penutup (Efesus 3:20–21):

Bagi Dia yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, sesuai dengan kuasa yang bekerja di dalam kita, bagi-Nya kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin.

Related Posts