“Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar – tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”
(Roma 5:7–8)
Lalu bagaimana kita dapat merangkum hubungan Allah dengan kita? Allah mengasihi kita. Yohanes 3:16 tetap layak menjadi ayat yang paling dikenal dalam Alkitab:
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Tidak mengherankan bahwa umat Allah mengekspresikan isi hati mereka yang terdalam tentang kasih Allah dalam buku nyanyian Alkitab. Kasih Allah mengatur semua tindakan-Nya terhadap kita. Dalam keputusasaan yang mendalam karena menghadapi orang-orang fasik dan penipu, Daud memohon agar Allah bertindak terhadap mereka dengan keras dalam Mazmur 109. Namun demikian, ia meminta agar Allah menyelamatkannya berdasarkan kasih setia-Nya:
“Tolonglah aku, TUHAN, Allahku, selamatkanlah aku sesuai dengan kasih setia-Mu!”
(Mazmur 109:26)
Bagi umat Allah, kasih-Nya lebih baik daripada hidup itu sendiri. Mazmur 63:3–5 melukiskan gambaran yang begitu kuat:
“Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau. Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu. Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan, dan dengan bibir yang bersorak-sorai mulutku memuji-muji.”
Kasih Allah sungguh menakjubkan. Kasih itu melahirkan kasih sebagai tanggapan:
“Terpujilah TUHAN, sebab Ia telah menunjukkan kasih setia-Nya yang ajaib kepadaku pada waktu kesesakan! Aku menyangka dalam kebingunganku: ‘Aku terbuang dari hadapan mata-Mu.’ Tetapi sesungguhnya Engkau mendengar suara permohonanku, ketika aku berteriak kepada-Mu minta tolong. Kasihilah TUHAN, hai semua orang yang dikasihi-Nya! TUHAN menjaga orang-orang yang setiawan, tetapi orang yang melakukan pembalasan diberi-Nya ganjaran sepenuhnya.”
(Mazmur 31:21–23)
Memang, kasih Allah melampaui kata-kata:
“Ya TUHAN, kasih setia-Mu sampai ke langit, kesetiaan-Mu sampai ke awan.”
(Mazmur 36:5)
“Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu.”
(Mazmur 86:5)
Kasih Allah itu penuh anugerah:
“TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita. Tetapi setinggi langit dari bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.”
(Mazmur 103:8–14)
Kasih Allah kekal untuk selama-lamanya, seperti yang diingatkan Mazmur 136 sebanyak dua puluh enam kali. Lebih dari itu, kasih Allah dengan tepat disebut “kasih setia yang tidak pernah gagal”:
“Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersukacita karena penyelamatan-Mu.”
(Mazmur 13:5)
Kasih-Nya bersifat permanen. Kita dapat mengandalkannya, seperti yang dinyanyikan oleh Etan orang Ezrahi:
“Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya; turun-temurun mulutku hendak memberitakan kesetiaan-Mu. Sebab aku berkata: kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya, kesetiaan-Mu tegak seperti langit.”
(Mazmur 89:1–2)
Karena kasih setia Allah yang tak pernah gagal berakar pada karakter-Nya yang tidak berubah dan dipenuhi dengan belas kasihan, kita bisa berharap hanya kepada-Nya:
“Hai Israel, berharaplah kepada TUHAN! Sebab pada TUHAN ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan.”
(Mazmur 130:7)
Doa:
Bapa, terima kasih atas kasih-Mu yang sempurna dan penuh pengorbanan bagiku. Engkau menciptakanku untuk mengenal-Mu dan mengalami kasih itu. Aku bersukacita karena Engkau telah memampukanku melihat Engkau sebagaimana adanya Engkau – Sang Kekasih jiwaku. Amin.