“Pada waktu itu nyanyian ini akan dinyanyikan di tanah Yehuda: ‘Kita mempunyai sebuah kota yang kuat; untuk keselamatan Allah telah menjadikannya tembok dan benteng. Bukalah pintu-pintu gerbang, supaya masuk bangsa yang benar dan yang tetap setia! Orang yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya. Percayalah kepada TUHAN selama-lamanya, sebab TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang kekal!’”
(Yesaya 26:1–4)

Perhatikan bagaimana Paulus menggambarkan janji Allah bagi kita:

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.”

“Sebab itu, apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua – bagaimana mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah yang membenarkan mereka! Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati – bahkan lebih lagi: yang telah dibangkitkan, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan, atau penganiayaan, atau kelaparan, atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: ‘Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.’ Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.”

“Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
(Roma 8:28–39)

Meskipun hampir setiap kitab dalam Perjanjian Baru menawarkan penghiburan serupa, bagian ini sangat penting bagi kita yang merasa rentan sebagai pengkhotbah Injil. Jika kita secara bodoh membangun rasa aman kita berdasarkan seberapa baik kita diterima, atau seberapa banyak kekayaan dunia yang bisa kita raih, kenyamanan atau keamanan dari jabatan atau performa kita, atau reputasi kita di antara sesama pelayan, kita pasti akan hidup dalam ketidakamanan terus-menerus.

Kita dipanggil bukan hanya untuk percaya kepada Kristus, tetapi juga untuk menderita bagi-Nya (Filipi 1:29). “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya” (2 Tim 3:12). Kita adalah orang-orang yang dapat bersukacita karena diperkenankan menanggung kehinaan bersama Sang Guru (Kis. 5:41), yang melihat penderitaan itu sebagai panggilan yang jelas untuk “menggenapkan dalam daging kita apa yang kurang dari penderitaan Kristus” (Kol. 1:24). Inilah makna memikul salib.

Kita yang bisa mengharapkan tantangan seperti itu seringkali perlu minum dalam-dalam dari Roma 8. Kita perlu memahami mata rantai yang tak terputus dari kekekalan masa lalu hingga kekekalan masa depan. Kita perlu bersukacita dalam logika ayat 32: Jika Allah telah memberikan yang paling berharga – Anak-Nya sendiri – dan Dia memang telah melakukannya, mungkinkah Dia akan menahan hal-hal baik lainnya dari mereka yang sedang Ia bawa menuju kemuliaan? Tentu saja kita harus memahami “yang baik” menurut definisi Allah di ayat 28, tetapi janji ini tetap mencengangkan dan kokoh karena Allah semesta alam berdiri di belakangnya, dan kita sudah memiliki bukti nyata bahwa Ia sedang bekerja.

Doa:Bapa, aku mengakui bahwa terlalu sering aku mencari rasa aman dalam hal-hal yang sejatinya tidak aman dan tidak stabil. Ampunilah aku karena telah meninggikan karya tanganku sendiri ke tempat yang tidak seharusnya. Pulihkanlah aku, ya Tuhan, kepada keyakinan yang dalam dan teguh akan kemampuan-Mu menjaga aku dalam genggaman tangan-Mu. Amin

Related Posts