Yesus menjawab: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.”


Kata Nikodemus kepada-Nya: “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?”
Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.”
(Yohanes 3:3–8)

Survei kita mengenai zaman rasuli tidak akan lengkap tanpa menyoroti bagaimana pemberitaan Paulus memengaruhi jemaat di Tesalonika. Pemberitaannya menerima tanggapan yang beragam:

Setelah Paulus dan Silas melewati Amfipolis dan Apolonia, tibalah mereka di Tesalonika, di mana ada sebuah rumah ibadat orang Yahudi. Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu dan tiga hari Sabat berturut-turut ia berbicara dengan mereka berdasarkan Kitab Suci. Ia menjelaskan dan membuktikan bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati. Kata Paulus: “Yesus yang kuberitakan kepadamu itu adalah Mesias.” Sebagian dari mereka ada yang menjadi percaya dan menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas, juga sejumlah besar orang Yunani yang takut akan Allah, dan tidak sedikit perempuan-perempuan terkemuka.
Tetapi orang-orang Yahudi menjadi iri hati, lalu mereka menghasut beberapa penjahat dari pasar, membentuk suatu kerumunan dan menimbulkan huru-hara di kota. Mereka menyerbu rumah Yason untuk mencari Paulus dan Silas dan membawa mereka ke tengah-tengah orang banyak.
(Kisah Para Rasul 17:1–5)

Perhatikan baik-baik bahwa Paulus berdialog berdasarkan Kitab Suci. Ia membuka Perjanjian Lama di hadapan pendengarnya—baik orang Yahudi maupun non-Yahudi yang takut akan Allah—dan menunjukkan bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari kematian. Setelah menyampaikan dua peristiwa penting ini dari Alkitab, Paulus menunjuk kepada Yesus sebagai penggenap nubuat tersebut. Argumennya kuat dan logis, dimulai dari otoritas yang diakui pendengarnya—Kitab Suci Ibrani.

Beberapa orang percaya bahwa Yesus adalah Mesias, tetapi tidak semua menyambut berita ini (Kis 17:5–34), sehingga Paulus dan timnya harus melarikan diri. Namun, ketika Paulus menjelaskan dalam 1 Tesalonika mengapa sebagian orang percaya dan mengalami kelahiran baru, ia tidak mengklaim keberhasilan itu karena keahliannya berkhotbah atau menafsirkan Alkitab:

Sebab kami selalu mengingat pekerjaan imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus, di hadapan Allah dan Bapa kita.
Kami tahu, saudara-saudara yang dikasihi Allah, bahwa Ia telah memilih kamu. Sebab Injil yang kami beritakan tidak disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kuasa dan dengan Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh. Kamu tahu bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh karena kamu. Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus.
(1 Tesalonika 1:3–6)

Berita yang Paulus sampaikan bukan sekadar kata-kata. Itu disampaikan dengan kuasa, keyakinan, dan sukacita—semuanya adalah bukti karya Roh Kudus. Bukti akhir dari pertobatan orang Tesalonika adalah iman, kasih, dan pengharapan yang mereka tunjukkan di tengah penderitaan. Mereka bukan hanya peniru para pemberita Injil; mereka menjadi teladan bagi gereja-gereja lain.

Hal ini penting untuk digarisbawahi: ketika kita berbicara tentang pelayanan Roh Kudus dalam pemberitaan kita, kita harus menyadari bahwa banyak dari pekerjaan-Nya bukan hanya dalam diri kita, tetapi dalam diri para pendengar kita. Kita akan membahas lebih jauh hal ini dalam Bagian Ketiga buku ini.

Untuk sekarang, mari kita rangkum apa saja yang dikerjakan Roh Kudus dalam kaitannya dengan pemberitaan kita:

  • Roh Kudus telah mengilhamkan Kitab Suci yang kita khotbahkan;
  • Ia membangkitkan orang, membuka mata yang buta untuk melihat kemuliaan Allah dalam wajah Yesus Kristus;
  • Ia memampukan pengikut Kristus untuk bersaksi;
  • Ia dapat memberi tanda-tanda mujizat dalam pemberitaan, seperti yang terjadi dalam Kisah Para Rasul;
  • Ia memberikan karunia rohani;
  • Ia membaptis kita ke dalam tubuh Kristus;
  • Ia mengutus kita untuk berkhotbah.

Apa lagi yang seharusnya kita harapkan?

Doa:
Tuhan, aku mengingat kembali bagaimana aku telah sering mendengar Injil sebelum akhirnya benar-benar mendengar suara-Mu dan melihat kemuliaan-Mu dalam wajah Yesus. Terima kasih karena telah memberiku hidup yang baru. Berikan aku kesabaran terhadap mereka yang matanya masih tertutup, yang bagi mereka khotbahku hanyalah kata-kata. Berikanlah kuasa kepadaku saat aku memberitakan firman-Mu, dan berikanlah keyakinan yang mendalam kepada mereka saat mereka mendengarnya. Amin.

Related Posts