Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tidak berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta agar kamu diberi kepenuhan akan pengetahuan tentang kehendak-Nya dalam segala hikmat dan pengertian rohani, supaya hidupmu layak di hadapan Tuhan dan berkenan kepada-Nya dalam segala hal: menghasilkan buah dalam setiap pekerjaan yang baik, bertumbuh dalam pengetahuan akan Allah, dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa-Nya yang mulia, sehingga kamu bertekun dan bersabar dalam segala hal dengan sukacita. Dan mengucap syukurlah kepada Bapa, yang membuat kamu layak mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang. Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang dikasihi-Nya; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa.
(Kolose 1:9–14)


Doa

Kita berharap para pendengar kita mendoakan kita. Tetapi apakah mereka melakukannya atau tidak, kita tetap memiliki kewajiban untuk mendoakan mereka. Sekali lagi, Rasul Paulus menjadi teladan dalam hal ini. Ia terus-menerus mendoakan para orang percaya, biasanya dimulai dengan ucapan syukur:

Kami wajib selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, dan memang patut demikian, sebab imanmu makin bertambah dan kasihmu seorang terhadap yang lain makin kuat di antara kamu.
(2 Tesalonika 1:3)

Doa-doanya mungkin juga mencakup hal-hal yang lebih biasa dan praktis, namun doa-doa yang tercatat dalam surat-suratnya didominasi oleh hal-hal yang lebih luhur dan rohani. Selama bertahun-tahun, kebiasaan saya adalah mendoakan Filipi 1:9–11 dengan suara lantang sebelum menyampaikan khotbah, dengan penekanan pada kata “doaku”:

Dan inilah doaku: supaya kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, agar kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus, untuk kemuliaan dan pujian bagi Allah.

Anggaplah ini sebagai doa bagi keberhasilan dalam pemberitaan firman. Kita memohon agar Allah bekerja dalam diri para pendengar, agar mereka bukan hanya menerima pengetahuan, tetapi juga memperoleh pengertian dan kepekaan etis. Kita meminta agar semua ini menghasilkan buah kebenaran dan kasih yang semakin bertumbuh. Kita memohon agar seluruh kebajikan dan anugerah ini terlihat sebagai berasal dari Kristus, yang akan memampukan mereka berdiri teguh di hadapan-Nya pada hari terakhir—dan semuanya itu mengalirkan kemuliaan dan pujian bagi Allah, baik sekarang maupun kelak. Itulah berdoa secara teologis!

Tanggung jawab keberhasilan dalam pemberitaan firman tidak sepenuhnya ada di pundak para pendengar. Undangan dan janji dari Yakobus sebenarnya berlaku bagi semua orang percaya, tetapi siapakah yang lebih perlu memperhatikannya dibandingkan kita, para pemberita Injil?

Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah — yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan tidak membangkit-bangkit — maka hal itu akan diberikan kepadanya.
(Yakobus 1:5)

Berkhotbah tanpa berdoa bagaikan mencoba mengemudikan kapal layar di hari yang tanpa angin. Anda bisa meluncurkan kapalnya dan menaikkan layarnya, tetapi Anda tidak akan ke mana-mana. Sungguh menarik bahwa ketika para rasul menjelaskan dua tanggung jawab utama mereka dan mendelegasikan tugas-tugas lainnya, mereka menyebut doa terlebih dahulu, lalu pelayanan firman kemudian:

Maka kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: “Tidaklah patut kami melalaikan firman Allah untuk melayani meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu yang terkenal baik, penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan firman.”
(Kisah Para Rasul 6:2–4)


Tuhan, aku memohon sekarang—selain anugerahkan aku kesetiaan dalam memberitakan firman-Mu—kiranya Engkau memampukanku untuk berkhotbah dengan keberanian yang besar, kejelasan yang luar biasa, sukacita yang mendalam, dan ketekunan yang terus-menerus. Amin.

Related Posts