Author’s Cultural : KONTEKS BUDAYA SI PENULIS
Kita ingin belajar lebih banyak tentang konteks budaya si penulis. Ketika kita mengkhotbahkan suatu teks tertentu, mengenal budaya penulis sering kali menjadi sesuatu yang diabaikan oleh para pengkhotbah. Sebagai contoh, bayangkan Anda sedang mengkhotbahkan khotbah tentang kitab Yunus. Meskipun kita tahu bahwa Yunus marah kepada Allah karena belas kasihan-Nya kepada orang-orang Niniwe, apa yang sebenarnya membuatnya begitu marah? Kita sering mengaitkan kemarahan Yunus kepada Allah dengan sikap etnosentrisme dan bahkan hedonisme.
Namun, pasti ada yang lebih dari itu. Apakah Yunus takut pada orang Niniwe, apakah dia marah pada perlakuan buruk bangsa Asyur terhadap orang Yahudi, atau ada hal lain? bahwa Niniwe adalah sebuah kota besar di Asyur. Apa yang kita temukan dalam penelitian lebih lanjut tentang orang Asyur adalah bahwa mereka menyiksa orang Yahudi. Penyiksaan fisik dan emosional terhadap orang Yahudi di tangan orang Asyur sangat keji. Bayangkan orang-orang dari budaya Anda diperlakukan seperti ini! Tidak heran Yunus sangat takut kepada mereka.
Kebanyakan pengkhotbah tidak akan berpikir atau repot-repot untuk mengeksplorasi konteks budaya Niniwe atau Asyur secara mendetail di luar kesadaran geografis. Namun, para penulis Alkitab mencatat detail-detail ini untuk suatu tujuan. Alkitab sarat dengan konteks budaya. Ya, hal ini membutuhkan usaha dari pihak kita, tetapi kita ingin mempertimbangkan lebih dalam konteks budaya penulis dan latar belakang kisah Alkitab. Setelah kita melakukannya, kita akan memiliki sesuatu untuk dikatakan kepada para pendengar kita mengenai persamaan dan perbedaan yang kita miliki dengan dunia Alkitab. Siapakah yang mungkin kita takuti saat ini?