Hari 81: Kita Mengenal Para Pendengar dengan Mengenal Firman Tuhan

“Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’ Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’
Kemudian firman-Nya: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti jangan; lihatlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti jangan.
Buatlah hati bangsa ini keras, buatlah telinganya berat mendengar, dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh.’”

(Yesaya 6:8–10)

Kita Mengenal Para Pendengar dengan Mengenal Firman Tuhan

Ketika Tuhan memanggil Yesaya untuk berbicara atas nama-Nya, Ia memberitahu bahwa ia akan menghadapi kekerasan hati dan kebutaan rohani. Bahkan, Tuhan memperingatkan bahwa pemberitaan Yesaya akan menghasilkan kebutaan rohani sebagai bentuk hukuman. Ketika umat Allah mendengar firman-Nya namun menolaknya, mereka kehilangan kemampuan untuk menerimanya—hal ini ditegaskan oleh ayat-ayat seperti 2 Korintus 3:15, Yohanes 3:16–21, dan Mazmur 81:11–12.

Tuhan menegaskan lagi pesan ini kepada Yesaya dalam Yesaya 30:8–11:

“Sekarang, pergilah, tuliskanlah semuanya itu di atas sebuah loh, dan catatkanlah dalam sebuah kitab, supaya hal itu menjadi kesaksian untuk hari kemudian, sampai selama-lamanya. Sebab mereka itu suatu bangsa yang memberontak, anak-anak yang suka bohong, anak-anak yang enggan mendengar pengajaran Tuhan; yang mengatakan kepada para pelihat: ‘Janganlah kamu melihat penglihatan-penglihatan!’ dan kepada para nabi: ‘Janganlah kamu menubuatkan kepada kami apa yang benar! Katakanlah kepada kami hal-hal yang menyenangkan, nubuatkanlah tipu daya; menyisihlah dari jalan ini, menyimpanglah dari jalan ini, jauhkanlah Yang Mahakudus, Allah Israel, dari hadapan kami!’”

Namun, Alkitab tidak hanya menyampaikan hal-hal yang mengecilkan hati tentang para pendengar. Alkitab bersikap realistis tentang sifat manusia. Ia menyamakan kita semua dengan domba yang sesat (Yes 53:6), tetapi juga memuji orang-orang Berea sebagai lebih terbuka dan bijak dibanding orang Tesalonika (Kis 17:11).

Kunci keterampilan yang perlu kita kembangkan adalah kemampuan untuk membaca Alkitab secara antropologis sekaligus teologis. Artinya, kita membiarkan Alkitab memberitahu kita bukan hanya tentang Allah, rencana, dan jalan-jalan-Nya, tetapi juga tentang diri kita dan jalan-jalan kita.

Penting untuk membedakan antara hal-hal universal—misalnya bahwa kita semua diciptakan menurut gambar Allah (Yak 3:9)—dengan pernyataan-pernyataan yang tidak berlaku bagi semua orang, seperti ketika Paulus menyebut jemaat di Galatia bodoh dan disesatkan (Gal 3:1).

Ketika membaca Alkitab, carilah wawasan tentang sifat manusia. Yakobus 1:22–25 mengingatkan kita bagaimana firman itu bekerja:

“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seseorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seperti orang yang sedang mengamati wajahnya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau segera lupa bagaimana rupanya. Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya—bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi benar-benar melakukannya—ia akan berbahagia oleh perbuatannya.”

Tuhan, terima kasih karena firman-Mu adalah cermin. Tolong aku melihat diriku dengan benar di dalamnya. Tolong juga agar aku dapat melihat para pendengarku sebagaimana mereka adanya, supaya aku dapat menyampaikan firman-Mu kepada mereka. Amin.

Related Posts