“Sebab Ezra telah membulatkan hatinya untuk menyelidiki Taurat TUHAN dan melakukannya serta mengajarkan ketetapan dan peraturan di antara orang Israel.”
(Ezra 7:10)
Kita Mempelajari Firman Allah
Saya telah banyak menekankan sikap yang benar terhadap Kitab Suci karena sikap yang salah terlalu mudah mengarahkan kita pada penanganan teks yang rutin dan mekanis. Namun, bahkan sikap yang paling benar terhadap Alkitab tidak membebaskan kita dari kewajiban untuk menggunakan akal budi kita dalam pekerjaan keras mempelajari isinya.
Kita tidak akan pernah menguasai Kitab Suci; justru kita ingin dikuasai olehnya. Tetapi karena kita mengenal Allah dan ingin bertumbuh dalam pengenalan akan Dia, kita perlu mempelajari firman-Nya. Ini adalah tugas semua umat Allah, sebagaimana Musa memerintahkan bangsa Israel:
“Kumpulkanlah bangsa itu, laki-laki, perempuan, dan anak-anak, juga orang asing yang tinggal di kota-kotamu, supaya mereka mendengar dan belajar takut akan TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perkataan hukum ini.”
(Ulangan 31:12)
Pemahaman bukan hanya hasil dari pembelajaran; pemahaman juga mendahului pembelajaran:
“Tangan-Mu telah menjadikan aku dan membentuk aku; berilah aku pengertian, supaya aku belajar perintah-perintah-Mu.”
(Mazmur 119:73)
Kita juga harus mengakui bahwa mempelajari firman adalah tugas khusus bagi para pelayan firman:
“Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.”
(2 Timotius 2:15)
Ayat ini menggambarkan kerja keras yang rajin dan penuh disiplin dari seseorang yang sadar bahwa dirinya bertanggung jawab kepada Allah. Para pengkhotbah yang dipercayakan dengan Injil dan berbicara atas nama Allah sendiri harus menyadari bahwa penanganan yang ceroboh, studi yang malas, atau penerapan yang keliru terhadap Alkitab akan membuat mereka malu di hadapan Sang Tuan yang telah mempercayakan firman kepada mereka.
Ada cara yang benar untuk menangani firman kebenaran, cara-cara yang tidak mengaburkan atau memutarbalikkan kebenarannya, tetapi menyatakannya secara jelas (lihat 2 Korintus 4:2). Namun, mengenal dan menerapkan cara-cara ini memerlukan upaya—dan kita yang berkhotbah harus mencurahkan upaya itu. Tapi kenyataan bahwa ini adalah kerja keras tidak seharusnya membuat studi Alkitab terasa seperti beban. Salah satu berkat besar dari pelayanan sebagai pengkhotbah adalah kesempatan untuk mendedikasikan beberapa jam setiap minggu untuk mempelajari Alkitab. Bersyukurlah atas hak istimewa ini dan manfaatkan sebaik-baiknya. Setiap kali Anda memberikan diri sepenuh hati untuk mendengarkan apa yang Tuhan katakan melalui teks, Anda menambah perbendaharaan pengetahuan yang bisa Anda gunakan untuk memahami bagian-bagian lain. Jelaskanlah kitab-kitab dari seluruh kanon agar Anda dapat melihat bagaimana semua bagian itu berkontribusi pada drama penebusan, dan kemudian bantu para pendengar Anda menempatkan setiap teks dalam latar yang tepat.
Upaya Anda mempelajari Alkitab akan semakin berbuah jika Anda juga mengenal diri Anda sendiri! Pelajari bagaimana Anda belajar! Apakah Anda seorang pembelajar visual? Buatlah diagram. Apakah Anda pembelajar kinestetik atau motorik? Tulislah teks itu. Buat catatan. Apakah Anda pembelajar auditori? Bacakan bagian-bagian dengan suara keras. Apakah Anda perlu pengulangan? Bacalah lagi dan lagi dan lagi. Apakah Anda belajar melalui berbicara? Diskusikan Kitab Suci saat makan atau dengan teman belajar. Ingat juga bahwa kita cenderung belajar dengan cara berbeda pada berbagai tahap kehidupan. Hafalkan saat Anda masih muda! Anda akan sangat bersyukur telah melakukannya.
Teknik belajar yang paling membantu saya adalah mengajukan pertanyaan. Dengan mengajukan pertanyaan yang tepat tentang teks, saya menemukan kebenaran-kebenaran yang biasanya tidak saya sadari.
Mempelajari Alkitab bukanlah hal yang sama dengan memakannya sebagai makanan rohani, tetapi jika Anda tidak bekerja keras untuk mempelajari seluruh isi kitab itu, Anda akan tetap menjadi “pengudap” rohani, hanya mengambil sedikit bagian di sana-sini alih-alih benar-benar menikmati kekayaan firman itu.
Ingat, teologi sistematika, kamus Alkitab, dan ensiklopedia sangat membantu dalam meninjau ide-ide Alkitab, tetapi semuanya tidak dapat menggantikan pemahaman yang terus berkembang atas seluruh Alkitab itu sendiri.
Terima kasih, Bapa, karena Engkau membebaskanku untuk mempelajari firman-Mu. Terima kasih karena Engkau memberiku akal budi yang dapat memahami maknanya. Saat aku mempelajarinya, tolong ajari aku bukan hanya untuk diriku sendiri—meskipun aku sangat membutuhkannya—tetapi demi kebaikan para pendengarku juga. Amin.