“Saudara-saudaraku yang terkasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah. Setiap orang yang mengasihi lahir dari Allah dan mengenal Allah.”
(1 Yohanes 4:7)
Kita Mengasihi Allah dan Sesama
Musa menyatakan dengan jelas bahwa mengasihi Allah adalah perintah yang mendasar ketika ia berkata, “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu.” (Ulangan 6:5). Tuhan Yesus menjadikan kata-kata ini bagian pertama dari ringkasan-Nya sendiri atas seluruh hukum ketika ditanya tentang perintah yang paling utama:
“Perintah yang paling utama,” jawab Yesus, “ialah: ‘Dengarlah, hai Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.’ Yang kedua ialah: ‘Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.’ Tidak ada perintah lain yang lebih utama daripada kedua perintah ini.”
(Markus 12:29–31)
Kasih kepada sesama tidak terpisah dari kasih kita kepada Allah maupun dari iman kepada ketaatan, seperti yang diingatkan oleh Rasul Yohanes:
“Dan perintah ini telah kita terima dari-Nya: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya. Setiap orang yang percaya bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah, dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga dia yang lahir dari-Nya. Inilah tandanya kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya. Sebab inilah kasih kepada Allah: yaitu bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat, sebab semua yang lahir dari Allah mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. Siapakah yang mengalahkan dunia? Hanya dia yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah.”
(1 Yohanes 4:21 – 5:5)
Karena kita percaya, maka kita taat. Perintah yang kita taati termasuk perintah untuk mengasihi Bapa dan anak-anak-Nya. Bukti dari kasih kita kepada Bapa termasuk dalam kasih kita kepada anak-anak-Nya.
Perintah untuk mengasihi Bapa dan anak-anak-Nya tidaklah berat karena imanlah yang memampukan kita untuk melakukannya. Iman membuka pintu kelahiran kembali yang tidak hanya menuntut tetapi juga memungkinkan kasih kepada Anak, sebagaimana Yesus tunjukkan kepada mereka yang mengaku Allah sebagai Bapa mereka:
“Yesus berkata kepada mereka: ‘Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku datang dan berasal dari Allah. Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.’”
(Yohanes 8:42)
Mungkin ini saat yang baik untuk merenung secara mendalam. Bayangkan Yesus bertanya berulang kali kepadamu pertanyaan yang sama yang Ia ajukan kepada Petrus: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Bayangkan Yesus berkata kepadamu, “Gembalakanlah anak-anak-Ku… Peliharalah domba-domba-Ku… Gembalakanlah domba-domba-Ku… Ikutlah Aku!” (Yohanes 21:15–19)
Yesus bisa saja bertanya apakah Petrus mempercayai-Nya, siap menaati-Nya, atau berkomitmen untuk melayani-Nya. Namun Ia memilih untuk bertanya apakah Petrus mengasihi-Nya. Bukti kasih Petrus bukanlah pada pengakuan lisan, tetapi pada kesetiaannya menggembalakan dan memelihara kawanan Kristus. Kesetiaan itu akan mengorbankan nyawa Petrus, tetapi akan memuliakan Allah.
Keadaan dan panggilan kita tidak identik dengan Petrus, tetapi pertanyaan yang diajukan Sang Juruselamat dan perintah yang Ia berikan tetap relevan. Apakah engkau mengasihi Yesus? Jaminan verbal bahwa engkau mengasihi-Nya hanya bernilai sejauh itu mencerminkan kebenaran yang sudah diketahui oleh Kristus. Jika engkau memang mengasihi Yesus dan engkau dipanggil untuk melayani firman Allah, maka laksanakanlah tugas itu, meskipun itu mengharuskan engkau mengorbankan segalanya.
Tuhan Yesus, jika Engkau menghitung dosa-dosaku, bagaimana mungkin aku bisa berdiri di hadapan-Mu? Engkau mengenal hatiku. Meski aku berkata aku mengasihi-Mu, aku hanya bisa membayangkan betapa jauh aku dari kasih yang seharusnya. Terima kasih karena kasih karunia-Mu bukan hanya cukup, tetapi justru berlimpah. Aku bersandar pada kasih karunia itu. Ketika aku berusaha menaati panggilan-Mu dalam hidupku untuk menggembalakan domba-domba-Mu, tolong lindungi aku dari bayangan seolah aku bisa melakukannya tanpa mengasihi mereka yang Engkau panggil untuk aku gembalakan. Amin.