“Dengarlah, umat-Ku, dan Aku akan memperingatkan engkau—kalau saja engkau mau mendengarkan Aku, hai Israel! Jangan ada allah asing di antaramu; janganlah engkau menyembah allah lain selain Aku. Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir. Bukalah mulutmu lebar-lebar, maka Aku akan mengenyangkannya. Tetapi umat-Ku tidak mau mendengarkan Aku; Israel tidak mau tunduk kepada-Ku. Maka Aku menyerahkan mereka kepada kedegilan hati mereka untuk mengikuti rencana mereka sendiri. Sekiranya umat-Ku mau mendengarkan Aku, sekiranya Israel mau hidup menurut jalan-Ku, seberapa cepat Aku akan menaklukkan musuh-musuh mereka dan membalikan tangan-Ku melawan lawan-lawan mereka! Orang-orang yang membenci TUHAN akan tunduk gemetar di hadapan-Nya, dan hukuman mereka akan bertahan selamanya. Tetapi kamu akan diberi makan dengan gandum terbaik; dan dengan madu dari gunung batu Aku akan memuaskan kamu.”
(Mazmur 81:8–16)
Kita Mendengarkan Firman Allah
Kekuatan dalam pemberitaan bukan berasal dari teknik, melainkan dari kesetiaan—menyampaikan kata-kata yang memiliki otoritas karena secara setia mengungkapkan pikiran, tindakan, jalan, dan maksud Allah. Ketergantungan pada sesuatu selain Allah bukanlah masalah yang baru. Nabi Yesaya pernah menegur bangsa yang bersandar kepada kekuatan yang salah:
“Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir untuk meminta pertolongan,
yang mengandalkan kuda-kuda,
yang percaya pada banyaknya kereta perang
dan pada besarnya kekuatan pasukan berkuda,
tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel,
dan tidak mencari pertolongan dari TUHAN.
Namun, Dia juga bijaksana dan dapat mendatangkan malapetaka;
Dia tidak akan menarik kembali firman-Nya.
Dia akan bangkit melawan bangsa yang jahat,
dan melawan para penolong orang-orang yang berbuat jahat.
Sebab orang Mesir adalah manusia dan bukan Allah;
kuda-kuda mereka adalah makhluk jasmani dan bukan roh.
Apabila TUHAN mengulurkan tangan-Nya,
maka penolong itu akan tersandung,
dan orang yang ditolong akan jatuh;
mereka semua akan binasa bersama-sama.”
(Yesaya 31:1–3)
Tangan manusia akan gagal menolong kita, tetapi kita mungkin tidak menyadari kegagalan itu sampai semuanya sudah terlambat. Masalahnya bukan bahwa kita tidak memberitakan atau menaati apa pun saat kita menolak mendengarkan firman Allah, tetapi bahwa kita malah memberitakan dan menaati kata-kata lain—kata-kata palsu.
Di zaman Yeremia, TUHAN harus menegur umat-Nya karena mereka gagal mendengarkan firman-Nya. Yeremia 6:16–19 memberikan gambaran yang mewakili kondisi itu:
“Beginilah firman TUHAN:
‘Berdirilah di persimpangan jalan dan perhatikanlah;
tanyakanlah tentang jalan-jalan yang dahulu kala,
tanyakan di mana jalan yang baik itu, dan berjalanlah di situ;
maka jiwamu akan mendapat ketenangan.
Tetapi kamu berkata: Kami tidak mau berjalan di situ.’
Aku telah mengangkat penjaga-penjaga atasmu dan berkata:
‘Dengarkanlah bunyi sangkakala!’
Tetapi kamu berkata: Kami tidak mau mendengarkannya.
Sebab itu, dengarlah, hai bangsa-bangsa;
dan ketahuilah, hai jemaat, apa yang akan terjadi kepada mereka!
Dengarlah, hai bumi:
Aku akan mendatangkan malapetaka atas bangsa ini,
yakni buah dari rancangan mereka sendiri,
sebab mereka tidak mendengarkan firman-Ku
dan telah menolak hukum-Ku.”
Bapa, berilah aku telinga yang mau mendengar firman-Mu. Amin.