“Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak. Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: ‘Ya Abba, ya Bapa!'”
(Galatia 4:4–6)

Dari sekian banyak cara Roh Kudus melayani kita sebagai pengkhotbah, mari kita renungkan satu lagi: Roh Kudus menolong kita dalam doa. Kita tahu bahwa Tuhan Yesus saat ini sedang berdoa syafaat bagi kita (Roma 8:34; Ibrani 7:25), namun dalam cara yang saling melengkapi, Roh Kudus juga berdoa syafaat bagi kita:

“Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita. Sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.”
(Roma 8:26–27)

Kita semua memiliki kelemahan dan keterbatasan pengetahuan. Kita sering kekurangan kekuatan untuk berdoa dan tidak tahu secara tepat apa yang seharusnya kita doakan. Sama seperti Roh menopang kita dalam penderitaan saat kita menantikan kemuliaan (Roma 8:18–25), demikian pula Ia menolong kita dengan melengkapi kekurangan yang menghambat doa kita.

Ya, Roh memberi kekuatan dan wawasan, tetapi fokus dari ayat ini bukanlah pada memperbaiki kekurangan kita, melainkan pada apa yang Roh Kudus lakukan meskipun kita lemah. Ia, yang tidak dibatasi oleh kata-kata manusia, mengenali penderitaan dan kerinduan hati kita, serta berdoa bagi kita. Ia melakukannya sesuai dengan kehendak Allah (secara lebih harfiah dapat diterjemahkan “menurut Allah”). Roh Kudus tahu pikiran Allah. Ia tidak kekurangan tenaga, wawasan, atau kata-kata. Ia meminta hal-hal yang sesuai dengan apa yang Allah kehendaki dan yang memuliakan Dia.

Ini adalah kabar baik yang sangat menggembirakan, karena artinya kehidupan kita dalam masa penantian antara kenaikan Yesus dan kedatangan-Nya kembali tidak dibatasi oleh kualitas atau kuantitas doa kita. Roh Kudus membangkitkan kita untuk berdoa (Efesus 2:18), dan kita memang akan berdoa, namun pada akhirnya, kemampuan kita untuk berdoa tidak membatasi kemampuan Allah untuk menjawab.

Namun demikian, pelayanan Roh ini bukan pengganti doa kita sendiri atau doa-doa dari mereka yang kita minta untuk mendoakan kita. Kita seharusnya meneladani Paulus, yang meminta agar orang lain mendoakan pelayanan pemberitaan Injilnya:

“Hendaklah kamu bertekun dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur. Berdoalah juga untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami, agar kami dapat memberitakan rahasia Kristus, yang karenanya aku dipenjarakan, dan supaya aku menyatakannya dengan jelas, sebagaimana seharusnya aku berbicara.”
(Kolose 4:2–4)

Doa:

Bapa, ajarlah aku untuk berdoa seperti yang dilakukan Rasul Paulus, seperti yang dicatat dalam 2 Tesalonika 1:11–12—doa-doa yang meninggikan Kristus dan memuliakan Allah, doa-doa yang hanya dapat digerakkan oleh Roh Kudus:

“Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kuasa-Nya menyempurnakan segala kehendakmu untuk kebaikan dan pekerjaan imanmu, sehingga nama Tuhan kita Yesus dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalam Dia, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.” Amin.

Related Posts