“Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Biarlah ia menunjukkan dengan cara hidupnya yang baik, perbuatannya dilakukan dengan kelemahlembutan yang berasal dari hikmat. Tetapi jika kamu menaruh iri hati yang pahit dan ambisi pribadi dalam hatimu, janganlah kamu memegahkan diri dan berdusta melawan kebenaran. Hikmat demikian bukanlah hikmat yang datang dari atas, melainkan dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan. Sebab di mana ada iri hati dan ambisi pribadi, di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.”
(Yakobus 3:13–18)
Salah satu cara ketiga Roh Kudus mengajar kita adalah melalui pemberian karunia hikmat dan pengetahuan:
“Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain karunia berkata-kata dengan pengetahuan, menurut Roh yang sama. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia-karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Ia memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, kepada yang lain ia memberikan karunia bernubuat, dan kepada yang lain lagi karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia berkata-kata dalam bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya.”
(1 Korintus 12:7–11)
Ungkapan “berkata-kata dengan hikmat” dan “berkata-kata dengan pengetahuan” dapat juga diterjemahkan sebagai “firman hikmat” dan “firman pengetahuan”. Artinya, Roh Kudus memberi kepada sebagian orang dalam jemaat wawasan dan pemahaman yang khusus untuk disampaikan. Maka ketika seseorang menyampaikan sesuatu yang relevan dengan kebutuhan gereja dan sesuai dengan kebenaran, hal itu adalah manifestasi dari pekerjaan Roh Kudus.
Kita mungkin tergoda untuk meremehkan karunia-karunia ini karena penyalahgunaan yang pernah terjadi—misalnya, klaim bahwa “firman dari Tuhan” digunakan untuk proyek pembangunan gereja atau ambisi pribadi. Namun, karunia ini seharusnya tetap kita nantikan dan hargai. Dalam gereja, Tuhan memberikan orang-orang yang mampu, melalui Roh Kudus, mengatakan hal-hal yang membantu kita memahami kehendak Allah dan bagaimana menerapkannya dalam konteks kita saat ini. Hikmat seperti ini tidak akan pernah bertentangan dengan apa yang telah Roh Kudus nyatakan dalam Alkitab, tetapi justru membantu kita melihat penerapannya dalam kehidupan nyata.
Waspadai Kesombongan Rohani
Salah satu bahaya besar bagi para pengkhotbah adalah berpikir bahwa kita tidak lagi perlu belajar dari orang lain, terutama dari mereka yang latar belakang akademis atau sosialnya kita anggap “di bawah” kita. Bahkan ada kecenderungan untuk hanya mau belajar dari orang yang memiliki kesamaan ras, usia, gender, atau status sosial. Ini bukan hanya kesombongan, tetapi juga bentuk ketidakpercayaan kepada Roh Kudus—seolah-olah Roh hanya bisa berbicara melalui orang yang seperti kita.
Namun, dalam 1 Korintus 1:26–31, Paulus mengingatkan bahwa Allah justru senang memakai yang bodoh, lemah, hina, dan tidak terpandang untuk mempermalukan yang bijak dan kuat. Mengapa? Agar tidak ada yang dapat memegahkan dirinya, dan agar semua kemuliaan kembali kepada Allah.
Dalam Situasi Darurat
Roh Kudus juga menjanjikan pertolongan dalam situasi penganiayaan:
“Apabila orang membawa kamu ke rumah-rumah ibadat atau ke muka penguasa-penguasa dan pemerintah-pemerintah, janganlah kamu kuatir bagaimana dan apa yang harus kamu katakan untuk membela dirimu. Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan.”
(Lukas 12:11–12)
Janji ini bukan alasan untuk tidak mempersiapkan khotbah. Namun ketika muncul kesempatan tak terduga untuk bersaksi atau membela iman, janji ini memberikan penghiburan bahwa Roh Kudus akan mengajar kita pada waktunya.
Doa:
Ya Allah yang penuh kasih, terima kasih karena Engkau memberi Roh Kudus bukan hanya kepadaku, tetapi juga kepada orang lain. Ingatkan aku hari ini bahwa mereka yang memiliki firman dan Roh-Mu bukan hanya bisa memahami kebenaran, tetapi juga mengajarkannya, menjelaskannya, dan menerapkannya. Berilah aku sikap rendah hati untuk belajar dari mereka, sambil tetap menguji segala sesuatu menurut firman-Mu, dan berpegang kepada yang baik. Amin.